Rabu, 08 Desember 2010

Kerajinan Getah Nyatu

.
Pohon nyatu merupakan tanaman eksotis Kalimantan Tengah yang hanya tumbuh di dua wilayah tertentu di provinsi tersebut, yaitu di Kabupaten Pangkalan Bun dan di Kecamatan Bukit Tangkiling, Kota Palangkaraya.
Getah kayu nyatu selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat adat suku Dayak di wilayah tersebut sebagai bahan baku untuk pembuatan kerajinan khas suku Dayak, seperti berbagai bentuk perayu, patung masyarakat adat suku Dayak dan berbagai bentuk kerajinan lainnya.
Kini kerajinan getah nyatu telah menjadi salah satu ciri khas provinsi Kalimantan Tengah yang dikembangkan oleh masyarakat dengan dukungan Pemda setempat menjadi barang souvenir yang sangat unik dan menarik dari wilayah tersebut. Sejumlah kelompok usaha masyarakat adat suku Dayak setempat kini mengusahakan kerajinan kayu nyatu tersebut dan telah berkembang menjadi salah satu sektor usaha yang cukup menjanjikan bagi perkembangan ekonomi daerah.
    Pohon nyatu selama ini hanya ditemukan tumbuh di areal berawa di Kabupaten Pangkalan Bun dan di Kecamatan Bukit Tangkiling, Kalimantan Tengah. Tanaman yang memiliki pertumbuhan relatif cepat tersebut selama ini tidak ditemukan di wilayah lain di Indonesia. Dalam kurun waktu hanya enam bulan tanaman nyatu bisa tumbuh hingga mencapai 8 meter. Umur enam bulan tersebut biasanya menjadi patokan bagi para perajin getah kayu nyatu untuk memanen pohon dengan cara mengambil getahnya.
    Dalam proses untuk mendapatkan getah, para perajin getah nyatu biasanya menebang pohon nyatu. Kemudian batang pohon nyatu di kuliti untuk diambil bagian kulitnya. Selanjutnya, kulit kayu nyatu itu direbus di dalam air mendidih yang sebelumnya telah dicampur dengan minyak tanah. Proses perebusan tersebut dilakukan untuk memisahkan (mengekstrak) getah dari kulit kayu nyatu.
    Dalam keadaan air rebusan yang masih mendidih, getah pohon nyatu yang sudah terpisah dari kulit pohon itu kemudian diambil untuk selanjutnya direbus kembali untuk memisahkan getah dari sisa-sisa minyak tanah. Getah pohon nyatu yang sudah terpisah dari minyak tanah itu kemudian dipilah-pilah untuk proses pewarnaan. Untuk memberikan warna warni pada getah, Katutu dan para perajin getah nyatu di Kalteng biasanya menggunakan bahan pewarna alami yang diambil dari tanaman asli di Kalteng. Proses pewarnaan dilakukan dengan cara merebus getah nyatu itu bersama-sama dengan bahan tanaman sumber pewarnaan alam. Biasanya pewarna alami yang dipakai terdiri dari empat jenis warna, yaitu hitam, kuning, merah dan hijau.

    Getah nyatu yang sudah diberi bahan pewarna alam itu kemudian diambil dan dalam keadaan masih panas (dalam rebusan air mendidih) langsung dibentuk dan dianyam menjadi berbagai bentuk kerajinan getah nyatu. Proses pembentukan getah nyatu harus dilakukan dalam keadaan masih panas karena dalam kondisi tersebut getah nyatu masih dalam keadaan meleleh sehingga mudah dibentuk. Sedangkan kalau sudah dingin, getah nyatu sulit dibentuk karena sudah berada dalam keadaan beku.
    Kerajinan anyaman getah nyatu umumnya mengambil bentuk perahu tradisional Dayak yang dilengkapi dengan awak dan berbagai asesorisnya. Bentuk perahu tersebut menggambarkan cerita tersendiri yang diambil dari cerita asli masyarakat suku Dayak di Kalteng. Sebagaimana diketahui di Kalteng sendiri terdapat sejumlah suku Dayak, diantara-nya Dayak Manyan, Kapuas, Bakumpai, Katingan, Kahayan dan Siak atau Ngaju.
    Bentuk perahu yang biasanya dipergunakan dalam kerajinan anyaman getah nyatu umumnya dicirikan dengan bentuk kepala naga dan kepala burung antang (elang) yang terletak di bagian depan perahu. Perahu yang mengambil bentuk kepala naga biasanya dipakai untuk menunjukkan perahu perang dan perahu untuk upacara adat Tiwah (memindahkan kepala leluhur dalam agama Hindu Kaharingan), namun bentuk kepala naga pada perahu perang dan perahu untuk upacara adat Tiwah sedikit berbeda. Sementara perahu yang mengambil bentuk kepala elang biasanya menggambarkan perahu berburu.
    Perahu perang berkepala naga juga memiliki posisi kepala naga yang berbeda. Posisi kepala naga yang mendongak ke atas menggambarkan bahwa perahu tersebut telah berhasil memenangkan peperangan. Posisi kepala naga lurus menggambarkan perahu sedang menuju ke arah peperangan. Sedangkan posisi kepala naga menunduk ke bawah menggambarkan perahu sedang dalam perang. Harga yang di tawarkan untuk produk kerajijan Getah nyatu ini berkisar antara Rp. 60.000 hingga jutaan rupiah.
    Untuk melindungi kerajinan anyaman getah nyatu dari klaim illegal atau pemalsuan dan penjiplakan, pada bulan November 2007 lalu Katutu yang dibantu oleh Gubernur Kalteng Teras Narang telah berhasil mendaftarkan hak patennya kepada ke Ditjen HKI Departemen Hukum dan HAM di Jakarta
.
Sumber : Majalah Kina (No.1-2008) Departemen Perindustrian RI

Rabu, 10 November 2010

Kalimantan Tengah sebagai calon Ibu Kota RI

Isu ini sudah agak tenggelam seiring dengan bencana alam yang menimpa Negara kita tercinta ini, pertanyaannya sekarang adalah " siapkah kita sebagai Masyarakat Kalimantan Tengah menerima perubahan yang akan terjadi di Tanah kita?"
Ada banyak hal yang harus di pertimbangkan ketika kita akan memulai sebuah kehidupan yang baru dan berbeda, Kalimantan Tengah secara otomatis akan mengalami kemanjuan yang signifikan apabila hal ini terjadi, pembangunan akan terjadi di mana-mana, infrastruktur akan semakin maju, ekonomi juga semakin meningkat dan tingkat serta gaya hidup masyarakat juga akan semakin maju.Tapi secara mental dan kemampuan apakah kita siap menerima semua hal yang akan terjadi secara cepat (silahkan jawab sesuai pendapat masing-masing ^_^) siapkah kita bersaing dengan para pendatang yang memiliki keunggulan kompetitif? siapkah kita merelakan hutan kita untuk di babat dan menjadi gedung pencakar langit? and then.... apakah para pelaku industri kita sudah siap untuk bersaing di tanah sendiri..??? atau untuk gambaran, bayangkan saja Jakarta saat ini, yang setiap tahunnya kedatangan tamu perantau dari luar kota yang ingin mencari kehidupan di Ibukota. mungkin apabila hal ini benar-benar terjadi generasi  saat ini tidaklah terlalu merasakan dampak dari pembangunan yang melonjak dan tak terbendung. Tapi.... for the next generation yang harus menanggung akibat dan kebijakan yang tidak di pikirkan dengan matang.
Bro and sis... memang kedengaranya asyik kalo kita jadi warga Ibu Kota dengan tempat shopping dan fasilitas yang serba gampang, tapi tanpa skill dan kompetensi, kita akan menjadi bawahan di tanah sendiri.

Senin, 08 November 2010

Barito Selatan

Kabupaten ini memiliki luas wilayah 12.664 km² dan berpenduduk kurang lebih sebanyak 180.000 jiwa. dengan Buntok sebagai ibu kotanya. kabupaten yang memiliki motto " dahani dahanai tuntung tulus " terdiri atas enam kecamatan yaitu:Dusun Selatan,Dusun Utara,Karau Kuala,Gunung Bintang Awai,Jenamas,Dusun Hilir, 
Dengan enam suku yaitu, Suku Dayak Ngaju,Suku Dayak Bakumpai,Suku Dayak Maanyan,Suku Dayak Lawangan,Suku Dayak Dusun dan Suku Dayak Bawo. 
  • Potensi kepariwisataan di kecamatan ini masih sangat orisinil dan belum tergali, dimana terdapat Sungai Air Hitam (dengan ekosistem air hitamnya) serta ada juga potensi spesies Anggrek Hitam (Hanya tumbuh dan berkembang di daerah tersebut; Desa Sanggu. Desa Sanggu mempunyai dua danau yang dipisahkan oleh daratan kecil, yang airnya berwarna coklat seperti teh pekat. Sekarang desa Sanggu sudah mulai dilirik pemerintah sebagai desa wisata. Di sana disediakan gazebo dan sepeda air untuk menikmati danau yang sangat khas yaitu penuh dengan bunga bakung yang ditumbuhi anggrek pensil. 
  • upacara adatyang terkenaldi daerah ini adalah Wadian/Balian/Belian yaitu  upacara pengobatan pada suku Dayak Bawo, Dusun, Maanyan, Lawangan, Benuaq dan Bukit. Suku-suku serumpun ini hidup bertetangga di sekitar wilayah yang berbatasan di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Sedangkan pada suku Melayu pedalaman (Suku Melayu Petalangan/Suku Talang mamak) disebut Bulian. Seringkali juga dipakai sebagai sebutan untuk orang yang mengobati (tabib) dalam upacara pengobatan tradisional Dayak tersebut yang dinamakan balian dalam berbagai dialek seperti bolin (Dayak Pesaguan), boretn (Dayak Simpakng), baliatn (Dayak Jalai). 
  • Gambaran Umum Daerah

    1. 1. Wilayah Administrasi

    Kabupaten Daerah Tingkat II Barito Selatan dibentuk pada tanggal 21 September 1959 berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara RI Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1820). Setelah berjalan 42 tahun maka berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2002, Kabupaten Barito Selatan dimekarkan menjadi Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Barito Timur.

    Kalau sebelum pemekaran Kabupaten Barito Selatan terdiri dari 12 kecamatan dengan luas wilayah 12.664 Km2 maka setelah pemekaran tinggal 6 kecamatan dengan luas wilayah 8.830 Km2.


    1. 2. Geografi Wilayah

    Secara geografis Kabupaten Barito Selatan terletak pada posisi membujur atau memanjang sungai Barito dengan letak Astronomis 1° 20’ Lintang Utara – 2° 35’ Lintang Selatan dan 114° – 115° Bujur Timur. Perbatasan Kabupaten Barito Selatan adalah :
    Sebelah Utara dengan Kabupaten Barito Utara.
    Sebelah Timur dengan Kabupaten Barito Timur.
    Sebelah Selatan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara (Provinsi Kalimantan Selatan).
    Sebelah Barat dengan Kabupaten Kapuas.

    1. 3. Topografi

    Dari luas Kabupaten Barito Selatan yang 8.830 Km2, sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0 sampai 38 meter di atas permukaan laut. Daerah yang memiliki dataran tinggi sampai berbukit hanyalah sebagian kecamatan Gunung Bintang Awai sebelah Selatan dan Timur. Dengan demikian maka wilayah Kabupaten Barito Selatan adalah hutan hujan tropis dataran rendah (377.395 hektar), hutan rawa (271.550 hektar), sungai dan danau (44.623 hektar) serta penggunaan lainnya (189.432 hektar), dengan jenis tanahnya adalah tanah organol dan alluvial, dimana tingkat kesuburannya sedang.

    Topografi wilayah yang bercirikan dataran rendah dan rawa meliputi seluruh tepian sungai Barito, sementara bagian hilir merupakan daerah rawa pasang surut. Sebagian besar ketinggian daratan antara 0 – 38 M di atas permukaan laut. Sedangkan wilayah antara 39 – 55 M di atas permukaan laut yang merupakan plateau hanya sebagian kecil dari Kabupaten Barito Selatan.

    1. 4. Klimatologi

    Menurut Dr. A.H. Schmit dan Ir. J.H.A. Ferguson dalam verhandelingen Nomor 42 dari Jawatan Meteorologi dan Geofisika, iklim Kalimantan masuk tipe A dan sebagian tipe B. Tipe A adalah iklim suatu daerah yang dalam setahun ada 12 bulan penghujan yang bulan hujannya lebih dari 100 mm. Sedangkan tipe B adalah daerah yang iklimnya memiliki 10-11 bulan penghujan dan memiliki 1-2 bulan kemarau. Sedangkan menurut Dr. Mohr, iklim Kalimantan termasuk tipe I dan IA. Tipe I adalah iklim dimana daerah itu tidak memiliki musim kemarau sedangkan IA memiliki 1-2 bulan kemarau. Karena itu Kalimantan sebagai daerah dengan iklim tipe A dan B menurut Dr. Schmit dan Ir. J.H.A Ferguson atau tipe I dan IA menurut Dr. Mohr adalah daerah yang kaya dengan hutan hujan tropis khatulistiwa yang sangat lebat.

    Iklim Kabupaten Barito Selatan adalah tropis dan lembab, dengan temperatur siang hari antara 26 – 33° C, malam hari antara 14 – 20° C. Suhu rata-rata minimum 29° C dan maksimum 36° C. Curah hujan bulan Oktober – Maret rata-rata 2.000 – 3.000 mm per tahun dan rata-rata bulanan antara 175 – 490 mm.

    2. Gambaran Demografi

    2. 1. Kependudukan

    Kabupaten Barito Selatan dengan luas wilayah 8.830 Km2, memiliki jumlah penduduk pada akhir tahun 2008 sebanyak 127.254 jiwa. Dari perbandingan luas daerah yang dimiliki dengan jumlah penduduk yang menghuni maka tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Barito Selatan adalah 14 jiwa per Km2.

    2.2. Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa

    Data penduduk Kabupaten Barito Selatan Tahun 2008 berdasarkan agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dianut adalah :No Agama Jumlah Pemeluk (Jiwa)
    1 Islam 85.861
    2 Kristen Protestan 26.112
    3 Katolik 8.977
    4 Hindu / Kaharingan 5.755
    5 Buddha 216
    6 Lain-lain 333


    3. Kondisi Perekonomian

    Pertumbuhan riil perekonomian Kabupaten Barito Selatan mengalami peningkatan positif sepanjang tahun 2001-2005. Tahun 2001, PDRB Barito Selatan mengalami pertumbuhan 0,57 %, tahun 2002 meningkat menjadi 1,36 %, tahun 2003 menjadi 2,83%, tahun 2004 menjadi 3,79%, maka dalam tahun 2005 menjadi 5,07%.

    Secara garis besar, kehidupan ekonomi kerakyatan masyarakat Kabupaten Barito Selatan adalah pertanian, menyerap 69,91 % tenaga kerja, sektor jasa 9,80 % dan perdagangan 9,09 %.

Jumat, 05 November 2010

objek wisata di kalimantan tengah

Kalimantan tengah terkenal akan potensi wisata alam yang berupa wisata hutan atau cagar alam (Bukit Raya dan kelompok Hutan Monumental) di Kotawaringin Timur; Bukit Sapat Hawung di Barito Utara; Merang di Kota Palangkaraya; suaka alam, darat, dan laut di Kotawaringin Barat; air terjun Malau Besar dan Pauras di Barito Utara; Tangkiling di Palangkaraya; pantai yang indah dan alami di Kotawaringin Barat; serta Ujung Pandaran di Kotawaringin Timur. Itulah beberapa obyek wisata alam yang indah di daerah Kalimantan Tengah.
Adapun beberapa objek wisata yang lain yang dapat di nikmati oleh wisatawan antara lain:
  • Taman Nasional Tanjung Puting yang ditetapkan UNESCO sebagai Cagar Biosfir ,Sister Park dengan negara MalaysiaTaman Nasional Tanjung Puting merupakan lokasi pertama di Indonesia sebagai pusat rehabilitasi orang utan diTanjung Harapan.
    Pengamatan tertutup orang utan di Camp Leakey , Pondok Tanggui.
  • Bukit tangkiling,Obyek wisata ini berjarak sekitar ± 34 Km dari Pusat Kota Palangka Raya, dengan waktu tempuh kira - kira 45 menit dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat, dengan melewati jalan aspal dan untuk mencapai ke puncak bukit dengan melewati jalan setapak.
    Lokasi obyek wisata ini secara geografis Terletak secara geografis terletak di Kelurahan Banturung dan Kelurahan Tangkiling, Kecamatan Bukit Batu.
    Luas keseluruhan kawasan wisata ini adalah 2.594 Ha, dengan rincian sebagai berikut : Cagar Alam seluas 2.061 Ha dan Taman Wisata Alam seluas 533 Ha.
  • wisata Arboretum yaitu taman hutan percontohan. Merupakan hutan lindung dan langka di tepi Danau Tahai. Obyek wisata ini berjarak sekitar 29 Km dari pusat Kota Palangka Raya, dan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat, dengan kondisi jalan beraspal yang masih bagus.
    Di lokasi Taman Arboretum ini tumbuh berbagai jenis pepohonan, seperti geronggang, meranti, cemara, madang tampang, mahang, kamisi ( jambu - jambuan, rambangun, kahui ( balangiran ) dan sebagainya. Kawasan ini selain sebagai tempat wisata juga digunakan sebagai obyek penelitian flora.
  • Di Kabupaten Barito Selatan terdapat obyek wisata alam Liang Ayah yang tedapat di dalam sebuah gua, di Barito Timur terdapat Liang Saragih juga dalam sebuah Goa. Sedangkan wisata alam di Barito Utara terdapat sebuah cagar alam berupa hutan lindung, di Kabupaten Lamandau banyak terdapat wisata alam berupa batu-batu riam di tengah sungai sehingga daerah ini sangat menarik untuk dijadikan tempat kegiatan Arung Jeram terutama di Riam Keladu.